Hari minggu tadi lagi ada acara kawinan keponakanku di Taman Mini, namanya Mini juga jadi cocok khan dgn tempatnya :-) emang apa hubungannya yach..!!? Suaminya, Muhammad Francois bule dari Francis. Bhs Indo-nya udah lumayan lancar, jadi waktu ijab-kabul tetep pake bhs Indo. Hanya kalo dia tampak bingung dalam beberapa hal, terpaksa MC menjelaskan pake bhs inggris. Acaranya berlangsung cukup meriah. Dan aku bisa bertemu sodara2 dari pihak alm bapak yang banyak diantara mereka malah aku belum pernah bertemu. Payah yach.. sama sodara sendiri, sepupu lg, sama2 di jkt koq gak pernah ketemu, gimana sich si adhy.. hmm... ya gitu dech (^_^)

Beberapa anggota keluarga yg ada di kampung dipanggil ke jkt, termasuk ibuku. Jadi kesempatan aku bisa bertemu ibu dalam acara itu. Sempet seminggu ibu ada di jkt dan tinggal di rumah sepupuku di bintaro. Beginilah susahnya tinggal di kos, klo ada sodara datang jadi gak bisa ikut nginep di tempatku. Terpaksa aku yg nyamperin, walo lumayan jauh dari tempet kos tapi khan jauh lebih deket dibanding kalo aku pulang kampung.. he..hee.. Sebenarnya ada juga kakaknya ibu yang tinggal di bekasi yg lebih dekat dari tempatku dan ibu jg lebih seneng tinggal disitu, cuman yg punya acara khan dari pihak alm bapak, jadi gak enak juga kalo lama2. Cuman sempet dua hari nginep di bekasi.

Hari kamis pagi kemarin ibu sudah pulang lg ke kampung. Aku pengennya ibu bisa lebih lama tinggal di jkt. Tapi gak bisa, ibu tetap ingin langsung pulang. Hari jumat ini tepat 100 hari meninggalnya alm bapak, dan ada sedikit acara yang diadakan di rumah. Saat ini aku hanya ingin memanjatkan doa.
"Wahai Tuhan kami, ampunilah kesalahanku dan kedua orang tuaku, dan orang-orang yang beriman pada hari menetapkan perhitungan".
"Wahai Tuhanku, berilah rahmat kedua orang tuaku sebagaimana keduanya telah mendidikku sejak aku masih kecil".
Amin ya Robbal ‘alamin

¶-- posted on 6:57 PM

Akhir-akhir ini cuaca agak tak menentu. Kadang ujan tiap hari... trus berenti lagi gak ujan-ujan. Mestinya kalo masuk musim kemarau gini udah agak berkurang ujannya. Tapi ujan yg turun cukup deres juga sampe2 jalan di dekat kantorku jadi kebanjiran setinggi lutut.

Cuaca yg begini juga bikin tubuh mudah terserang sakit, apalagi kalo kondisi tubuh emang lagi lemah. Aku yg pada dasarnya sejak kecil udah penyakitan tak mau kalah. Lumayanlah bisa mbolos 2 hari gak masuk kantor, enak juga lho bisa tidur sepuasnya di kamar hehe.. Tapi berhubung sakitnya cuman di rmh dan gak elit, ya gak ada yg nengokin dech. Ditengokin sih gak penting.. cuman kalo ada yg mau bawain anggur dan duren wah.. siippp dech :-)

Ke rumah sakit pun agak ogah2an, sekedar memanfaatkan kartu asuransi yg udah lebih setahun belom kepake juga. Karena cuman deman dan batuk.. jenis obat yg dikasih pun udah ketebak dan pasti ada anti biotiknya. Krn udah sering jadi hafal.. biasanya selalu di kasih anti biotik sepuluh butir dengan dosis 3x sehari 1 tablet. Cuman yg ini agak aneh.. dokternya pelit amat, masa aku dikasih 4 butir aja. Begitu balik ke kos, langsung aku minum obatnya tanpa baca2 lagi aturan pakainya. Pada malamnya, setelah minum obat yg ketiga, iseng2 aku liatin lagi cara pakainya.. dan aku baru sadar... ternyata tuh obat cuman diminum sehari sekali glek..!!! Syukur alhamdulillah aku baik2 aja walo udah over dosis. Untung bukan pil ekstasi yach.. :-)

¶-- posted on 12:50 PM

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya, "Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?"

Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab, "Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak."

"Tapi..." sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada disampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?"

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satu pun jawaban yang memuaskan. Sang guru lalu berkata, "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi."

Sang guru masih melanjutkan, "Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apa pun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?" Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban. "Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan."

Sang guru masih melanjutkan, "Ketika Anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu Anda."

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

¶-- posted on 6:41 PM