|
|||
Saturday, October 16, 2004
Si budi kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan Di simpang jalan Tugu Pancoran Tunggu pembeli jajakan koran Menjelang maghrib hujan tak reda Si Budi murung menghitung laba Surat kabar sore dijual malam Selepas Isya melangkah pulang Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang, lemas jarimu terkepal Cepat langkah waktu pagi menunggu Si Budi sibuk siapkan buku Tugas dari sekolah selesai setengah Sanggupkah si Budi diam di dua sisi Menemani makan sahur, aku suka liat acaranya Eko dan Ulfa di Sahur Kita. Dan pagi tadi mengundang 2 bocah Wati dan Ira ke studio. Dgn dipandu Taufik dua bocah itu menuturkan keseharian mereka di pasar Pondok Gede. Mereka terpaksa rela kehilangan masa2 ceria waktu kecil yg seharusnya dapat dinikmati sebagaimana anak2 lain seusia mereka. Diusia belia mereka telah berperan dalam menopang ekonomi keluarga dengan berjualan kantong plastik. Yg mereka utarakan bhw hal itu adalah ketulusan tuk membantu ibunya. Wati dan Ira tak cuman sendiri, ada beribu bocah kurang beruntung harus demikian pula. Ada yang menjadi pengamen spt yg sering kutemui dalam bis kota bahkan juga jadi pengemis. Kembali terhanyut dalam lamunan, mengingat masa2 kecil-ku dan samar ter-ngiang lagu Iwan Fals *Sore Tugu Pancoran*, deket kost aku. |