|
|||
Friday, August 13, 2004
JAKARTA--MIOL: "Waduh... mau dibawa kemana bangsa ini, saya sangat setuju dihentikan film tersebut," desakan seorang ibu melalui telepon pada acara Manajemen Qolbu, yang disiarkan langsung oleh RRI Pro2 FM Jakarta, Jumat.
Siaran langsung yang dipimpin pengasuh Pompes Darut Tauhid Bandung, Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) itu mengundang desakan untuk segera hentikan dan mencabut peredaran film Buruan Cium Gue tidak saja dari para ibu rumah tangga. Seorang bapak dengan terbata-bata dan menangis menyatakan keprihatinan yang mendalam. Dengan suara yang lirih dari ujung telepon mengatakan bersyukur dan terharu karena Aa Gym bersedia menjadi 'kekuatan' moral untuk menyuarakan hal ini. Dalam tausyiahnya, Aa Gym merasakan keprihatinan yang mendalam atas film tersebut. Menurut Aa Gym film remaja tersebut telah 'mengajarkan' atau setidaknya menjurus kepada perbuatan zina. "Ciuman itu pangkal dari zina yang selanjutnya," kata Aa Gym dengan nada sedih. Menurut Aa Gym bagaimana jika film tersebut dilihat oleh anak-anak muda yang memang pengetahuan dan pemahamannya masih kurang. Aa Gym mengkhawatirkan jika perbuatan itu (ciuman) bisa dianggap sebagai sebuah hal yang biasa. Oleh karenanya Aa Gym mengimbau dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama melakukan gerakan moral mengenai masalah ini. Sebelumnya, Aa Gym mengutip pernyataan salah seorang anggota Lembaga Sensor Film (LSM) bahwa peredaran film tersebut masih bisa dicabut oleh Menparpostel namun dengan syarat harus ada keberatan dari masyarakat, dan keberatan itu harus dalam bentuk tertulis. Oleh karenanya Aa Gym mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengirimkan surat dan kepedulian dan keprihatian atas film tersebut. Surat-surat tersebut bisa dialamatkan kepada Pompes, Daarut Tauhid Jl Geger Kalong Girang, Bandung kode pos 40154. Aa Gym berjanji dalam waktu dekat pihaknya akan membawa surat-surat keprihatinan tersebut untuk disampaikan kepada yang berwenang seperti LSF, sutradara maupun produser dan artis pendukung film tersebut. Sementara Ketua LSF Titi Said menyatakan penghargaan yang tinggi kepada masyarakat atas perhatiannya mengenai masalah ini. Namun Titi mempertanyakan bagian mana dari film tersebut menjadi sorotan dan keberatan masyarakat. Apakah keberatan karena adanya adegan ciuman antara dua orang remaja atau yang lainnya. Namun Titi tetap mengingatkan bahwa penarikan atau pencabutan peredaran film tersebut baru bisa dilakukan jika ada keberatan resmi dari masyarakat. Film remaja tersebut menceritakan kehidupan anak-anak SLTA yang di luar jam sekolah memiliki kegiatan lain. Salah satu kegiatan tersebut berupa talk show di sebuah radio. Suatu saat topik yang akan diangkat dalam acara talk show tersebut mengupas bagaimana rasanya berciuman untuk yang pertama kalinya. Namun yang menjadi masalah, pemeran utama dalam talk show tersebut merupakan remaja yang belum pernah melakukan ciuman pertama. Karena itulah untuk dapat merasakan dan lebih menghayati persoalan tersebut ia berusaha untuk melakukan 'ciuman pertama' tersebut. (Ant/O-2) |